Tiga unit rumah warga di Desa Teluk Bogam, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat ludes dilahap si jago merah, sekira pukul 10.15 WIB, Sabtu (21/9).
Para korban yang rumahnya terbakar hanya bisa pasrah, melihat api membumbung tinggi membakar rumah mereka. Dalam waktu kurang dari 30 menit ketiga rumah yang sebagian besar berbahan material kayu tersebut rata dengan tanah.
Warga sekitar kejadian berjibaku semaksimal mungkin membantu memadamkan api. Namun tidak berhasil, sehingga seluruh perabotan rumah tangga dan barang lainnya tidak dapat di selamatkan dan ikut hangus terbakar.
Para warga juga mengatakan, bahwa mereka sempat menghubungi Damkar Kobar via telepon namun dikarenakan jarak yang cukup jauh ia memaklumi keterlambatan mereka tiba di lokasi. “Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Damkar Kobar karena sudah merespon laporan kami dan berusaha datang ke lokasi kejadian,” ujarnya.
“Kami berharap semoga kedepannya dapat dibangun Pos Damkar beserta sarprasnya dan anggota damkar yang bisa siaga 24 jam di desa kami. Entah itu di Kubu, Umbang atau di Bogam lokasinya tidak masalah. Setidaknya dengan adanya pos damkar di daerah pesisir di desa kami dapat memberikan pertolongan pertama apabila terjadi kebakaran sembari menunggu bantuan damkar dari Pangkalan Bun,” ungkap warga Teluk Bogam.
Sementara itu, Plt Sekretaris Dinas Damkar dan Penyelamatan Kabupaten Kobar, Dwi Agus Suhartono mengatakan saat mengetahui via grup Whatsapp Dinas, adanya kejadian Jaya 65 langsung meluncur ke lokasi kejadian.
“Sebelumnya Mako Damkar juga sudah meluncurkan dua unit mobil damkar ke lokasi kejadian di backuppersonil relawan damkar dari Huma Singgah Itah Kelurahan Mendawai, dan satu unit supplay BPBD Kobar,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan, dalam waktu kurang lebih 45 menit, namun jarak yang begitu jauh antara kota Pangkalan Bun dan Desa Teluk Bogam pihaknya tidak dapat berbuat banyak. “Begitu kami tiba di lokasi ketiga rumah warga tersebut pun sudah ludes terbakar beserta perabotannya. hanya pendinginan saja yang dapat kami lakukan,” kata Agus.
“Selain faktor jarak, ada faktor lain yang kami hadapi saat perjalanan menuju lokasi yaitu jalan yang bergelombang di sepanjang jalan Sei Sintuk sampai Desa Kubu dan jalan yang agak sempit mulai dari Desa Kubu sampai Teluk Bogam. jadi kami lebih hati-hati dan mengutamakan keselamatan kami dan para pengguna jalan lain, ungkap Agus.
Melihat peristiwa tersebut, Dwi Agus Suhartono menyebutkan kiasan “lebih baik mencegah daripada harus mengobati” menjadi gambaran dimana warga dapat dengan sadar untuk tidak menggunakan aliran listrik yang berpotensi korsleting. Kemudian, dengan tertib melakukan pengecekan secara berkala terhadap regulator kompor gas yang kerap diabaikan, padahal alami kebocoran,” tutup Agus.